Vebriyanti Dwi Anggraini, M.Pd / CGP Angkatan 7 / Kota Mojokerto
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh Nasional dalam dunia pendidikan.
Pemikiran-pemikiran Beliau yang tajam membuat Pendidikan menjadi maju hingga
saat ini. Ki Hajar Dewantara membedakan antara pengajaran dan pendidikan, namun
keduanya adalah satu kesatuan. Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran adalah
bagian dari pendidikan.
Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau pengetahuan
untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan
memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia
mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan dan pengajaran
merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup
manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang
seluas-luasnya”
Ki Hajar Dewantara memiliki keyakinan bahwa pendidikan dapat menciptakan
manusia Indonesia yang merdeka. Manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak
tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Oleh
sebab itu pendidik memiliki peran penting dalam menuntun anak. Pendidik sebagai
seorang "Among" harus selalu memberi tuntunan dan arahan agar anak
tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Among memiliki tugas membangun
anak didik untuk menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan TME,
memiliki kemerdekaan lahir dan batin, memiliki budi pekerti luhur, cerdas, dan
berketerampilan, serta siap bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan
kesejahteraan manusia lainnya.
Pendidikan anak pada dasarnya berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat
zaman. Kodrat alam berkaitan dengan karakteristik lingkungan dimana anak
berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama pada zamannya.
Kodrat zaman berkaitan dengan kemampuan pengetahuan dan keterampilan yang
sesuai dengan zamannya. Ki Hajar Dewantara mengingatkan bahwa anak harus
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dari luar. Namun pengaruh dari luar
tersebut tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal sosial
budaya Indonesia.
REFLEKSI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA
Sebagai
seorang pendidik, tentulah banyak kekurangan-kekurangan serta tantangan-tantangan
yang dijumpai dalam proses pengajaran dan pendidikan yang telah saya lakukan.
Pendidikan yang selama ini dijalankan hanya berfokus pada angka atau nilai.
Hanya berfokus pada peringkat dalam sebuah kompetensi. Pendidikan dipenuhi
dengan persaingan dan tuntutan tanpa memikirkan psikologis anak. Sebagai
seorang Guru, tentulah senang dan bangga apabila siswanya berhasil
menyelesaikan tantangan-tantangan yang guru berikan, meyelesaikan tugas tepat
waktu walau terkadang tanpa melihat kejujuran dibalik proses penggerjaannya.
Proses
pembelajaran yang telah dilakukan hanya mengejar materi selesai, hanya terfokus
pada ketuntasan kompetensi dasar anak dan kesesuaian waktu sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat di awal tahun pembelajaran. Sehingga dalam alokasi
waktu proses pembelajaran yang cukup lama, guru jarang menjalankan tugas
sebagai seorang pendidik, hanya terfokus pada tugas sebagai seorang pengajar.
Setelah
mempelajari filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai Pendidikan dan
Pengajaran,saya paham, banyak yang harus saya benahi mulai dari tujuan
pembelajaran, memahami tugas sebagai seorang pengajar dan pendidik, serta
membuat inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran untuk menciptakan proses
pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Sebagai seorang guru,
perubahan untuk selalu belajar itu penting dan harus selalu berjalan. Guru
harus selalu dinamis bukan statis. Serta Guru harus masuk dalam dunia anak,
sehingga guru dapat memahami kodrat alam dan kodrat zamannya.
"Segera
berbenah" itu adalah langkah yang harus segera dilakukan. Berbenah
pertama, dimulai dari memasuki dunia anak, mempelajari kodrat alamnya dan
mengikuti kodrat zamannya. Dengan masuk ke dunianya, guru akan dapat mengontrol
perilaku dan mengetahui keinginan dan kemauan anak. Berbenah kedua, dengan
selalu belajar untuk melakukan perubahan. Perubahan dalam menciptakan tujuan
pengajaran dan pendidikan dikelas, perubahan dalam model pembelajaran, merubah
suasana kelas menjadi lebih menyenangkan dan membuat siswa menikmati prosesnya.
Berbenah ketiga, menjalin komunikasi dengan rekan sejawat, kepala sekolah, dan
orang tua untuk mendukung proses pembelajaran yang berpusat pada siswa,
menciptakan lingkungan bernalar kritis namun selalu memegang teguh budi
pekerti.
Comments
Post a Comment